Festival Film Anak Smaga
FIFA atau Festival Film Anak Smaga merupakan
sebuah ajang bagi anak-anak Smaga dalam
berkreatifitas di bidang perfilman. Pesertanya adalah kelas X dan XI. FIFA ini
sendiri baru dilaksanakan untuk pertama kalinya di Smaga, karena FIFA merupakan
sebuah acara tindak lanjut dari Training Duta Perdamaian (Peace Leader) yang memberikan tugas
untuk membuat sebuah project.
Tema FIFA kali ini adalah “Perbedaan”.
Tujuan diadakannya FIFA itu sendiri adalah untuk meningkatkan rasa cinta damai
antar siswa SMA Negeri 3 Surakarta.“Berawal dari tugas Search for Common Ground,
setelah dipikir- pikir ternyata Smaga itu juga membutuhkan acara seperti ini
untuk pencegahan atau preventif. Tidak bisa kita dipungkiri bahwa setiap
perbedaan itu pasti ada. Maka dari itu, SMA 3 Surakarta terutama Saya,
Ikun,dan Deta yang ditunjuk untuk
mengikuti Training Duta Perdamaian (Peace Leader) oleh Search for Common Ground
berharap acara ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan.” Ujar Lidya yang merupakan
salah satu penggagas adanya FIFA ini.
Disini juga terdapat PEAC360, “Maksud
PEAC360 itu kita memperingati 3 hari perdamaian internasional dalam 60 hari”.
Jelas Kuncoro Jati selaku panitia FIFA
Ternyata dalam event ini membutuhkan
persiapan yang cukup banyak. Lidya kembali menjelaskan, “Persiapannya panjang
banget. Mulai dari meeting pertama itu untuk mengenalkan kepada teman-teman
apasih film dokumenter itu sendiri. Dan ada Technical meeting kedua itu ada
coaching yaitu kita mendatangkan coach dari luar trus kita muterin film dan
menunjukan bagaimana cara bikin film, pengumpulan film dan sampailah pada acara
puncaknya yaitu acara screening dan pengumuman. Dan ada juga kegiatan, yang
dilakukan saat upacara yaitu acara tanda tangan petisi anti kekerasan, yang
juga merupakan rangkaian dari kegiatan ini.”
Sabtu, 1 November 2014 merupakan acara
puncak FIFA yaitu Screening dan pengumuman FIFA. Dimulai dari acara Screening
FIFA yang menampilkan 5 besar finalis FIFA.
Yang pertama adalah kelas X MIA 3 dengan
judul “Happiness Fearless” inti dari film dokumenter kelas X MIA 3 adalah bahwa
perbedaaan itu menyatukan bukan memisahkan.
Yang kedua adalah kelas XI IIS 1. Film
dokumenter mereka menceritakan tentang bagaimana cara agar bisa membaur satu
sama lain. Memang, banyak perbedaan yang terjadi diantara mereka namun
perbedaan itu justru semakin mempererat mereka.
Pada pertengahan acara ada pertunjukan
dari Rohis dan Rokris yaitu sebuah drama dan ditutup dengan menyanyi bersama
yang diselingi pembacaan puisi. Hal tersebut menunjukan kerukunan beragama di
SMA N 3 Surakarta, damai dalam perbedaan.
Dilanjutkan pemutaran film dokumenter finalis
yang ketiga yaitu kelas XI MIA 3 menurut mereka perbedaan Bahasa, warna kulit dan
asal daerah dapat di selesaikan dengan cara toleransi. Karena perbedaan tidak
selamanya menimbulkan perpecahan tapi bisa juga menghasilkan keindahan.
Yang keempat adalah kelas XI IIS 3
dengan judul “Gaya Hidupmu Bukan Gaya Hidupku” meskipun memilki gaya hidup yang
berbeda-beda namun itu bukanlah masalah, karena life style setiap orang pasti
memang berbeda.
Dan yang terkhir adalah kelas X MIA 8
film dokumenter mereka mengisahkan perbedaan tidak hanya dalam lingkup kelas
saja tetapi menyeluruh ke satu sekolah.
Dan acara terakhir adalah penumuman
pemenang. Dimulai dari Juara Favorit yang diraih olej XI MIA 3. Juara 3 diraih
oleh kelas X MIA 3, serta juara 2 diraih oleh kelas X MIA 8. Dan yang menjadi
juara pertama adalah kelas XI IIS 1. Masing- masing juara mendapat hadiah
berupa piala dan uang tunai.
Dalam memilih juara panitia memiliki
kriteria tersendiri. “Harus sesuai temanya. kalau bagian visual dan audionya, dilihat
dari pengambilan gambarnya, suaranya kedengeran apa enggak, pesan yang
disampaikan itu masuk enggak di kriteria kita. Sebenarnya itu bukan masalah
film dokumenternya sih menurut kita, yang kita mau itu sebenarnya agar
teman-teman bisa tau apa sih maknana dari perbedaan itu.” Ujar Lidya menjelskan
tentang kriteria penilaian FIFA selaku salah satu panitia.
Mejadi pemenang sudah tentu pasti
senang, “Senang karena bisa mengharumkan nama kelas. Motivasi mengikuti acara
ini sebenarnya karena hobi dan harapan untuk selanjutnya tetap diadakan karena
dapat meningkatkan kreativitas anak-anak smaga. Proses pembuatan film selama
dua hari. Suka duka dalam pembuatan video adalah tidak diperhatikan dan
teman-teman ada yang tidak berpartisipasi.” Ujar Firo selaku juara tiga yang
mewakili kelas X MIA 3. Menurutnya bagian tersulit dalam pembuatan film ada
pada bagian edit film.
Pada pelaksanaan FIFA ini, para panitia
juga mendapat kendala yang kebanyakan berasal dari sekolah, “Susahnya itu di perijinan.”
Ujar Pramudita yang menjelaskan tentang
kendala dalam melaksanakan FIFA.
Namun menurut Kuncoro Jati FIFA ini
termasuk sukses, “Dilihat dari skala sukses atau enggaknya ya sukses tapi kalau
dari harapanku sendiri sebenarnya bisa ditargetkan yang datang bisa lebih dari
seratus soalnya yang pertama festival film dokumenter merupakan suatu gebrakan
di smaga karena ini baru pertama kali dan disini membawa pesan bahwa perdamaian
itu penting dan kita sebagai generasi muda harus menjaga kedamaian itu.”